" sebuah proses "

Selasa, 03 Maret 2009

ROMA dan ROMADHONA

Sepenggal diary dua insan muda di tengah zaman ...

Jakarta Selatan, 2002
Senangnya hatiku, Alhamdulillah aku jadi pergi menginap ke Sukabumi untuk program LSM " Narkoba " yang sudah ku geluti sejak kelas 1 SMU. Ini buat pelatihan dan kaderisasi kali yaa. Aku akan merasakan Ramadhan nan indah disana. Aku akan berkunjung ke pusat rehabilitasi dan mengikuti kajian dan seminar. Wah, gak kebayang dech ..

Di pinggiran jalan kota, 2002
Ah..gila girang banget nih . Gue bisa dapetin 'barang itu' dengan cepat dan murah. Gue bisa ngejual dengan harga 2 kali lipat ke temen-temen. Gue kaya bo', gue bakal jadi orkay..jadi bandar. Gue bisa fly and fly. Wuih....gue gak nyangka chooooy...

Jakarta Selatan, 2002
Astaghfirullah, aku harus ngerjain makalah. Belum buat kliping tentang korban Narkoba lagi. Oh, iya publikasi buat acara Pesantren Ramadhan udah beredar belum ya ?? Hmm, hari ini aku gak usah les Bahasa Jepang dech. Aku harus nentuin prioritas. Besok aku harus Try Out SNMPTN. Belajar...belajar...belajar...

Di suatu sudut kamar, 2003
Astaganaga...hampir gue ketahuan om gue. Selama ini markas gue dan temen-temen gak pernah ada yang tau. Polisi juga kagak ada yang bisa nangkep gue deh. Gue bisa kongkow dan tidur nyantai di sini, di markas ini, rumah gue sendiri, basement yang indah. Terima kasih Pa..Ma..udah ngasih sarana surga yang nyaman buat anakmu tersayang..hi..hi..Mereka gak ada yang tau. Rumah kosong ini hanya sebagai tempat PW gue, sang laki-laki pemalasdan frustasi. Gue bisa tidur, makan, main PS, nonton VCD sepuas-puasnya. Pokoknya tinggal santai...santai...

Jakarta Selatan, 2004
Aku lulus SNMPTN !! Rasanya hatiku berbunga-bunga...ingin terbang melayang...

Emperan pasar, 2004
Gue dapet pasokan 'barang' lagi ... gue bisa terbang ke dunia mimpi ... yeahhh...

Jakarta Selatan, 2005
Aku kini sudah bukan 'anak bawang ' lagi di LSM " Narkoba ", aku sudah jadi bawang beneran lho...Kuliah pun gak ada masalah, aku sudah mampu memenej waktu dengan baik. Aku harus berantas Narkoba. Aku pahlawan pembela kebenaran dan keadilan. Dengan kekuatan ilmu dan pengalaman, akan menghukum para pecandu. Bersiaplah !!

Di buntu gang kecil, 2005
Aku kini jadi pengedar dan pecandu ulung. Dengan kekuatan dan strategi, aku seperti mafia, hua...ha...ha...bisa bergerak dengan bebas. Memang, semua orang bodoh, termasuk keluargaku. Tidak ada yang pernah tau akulah dalangnya. Polisi sudah bertekuk lutut padaku. Gue gak akan bisa dihukum mati. Hari-hari gue jalani gak ada masalah. Gue bisa tripping dan ngetrack. Toh, maut gak pernah ngejemput gue. He...he...he...Gue akan hidup senag dan hura-hura selagi masih ada waktu. Gue akan menjadi pengedar terkenal di sejagat dunia raya. Gue buktiin.

Jakarta Selatan, duaribu sekian
...Aku merasa ada sesuatu yang hilang dalam rutinitasku...

Dalam kamar mandi, dua ribu sekian
..Gue sakao...nikmatnya...lupakan kesepian diri...kubebas terbang bebas...

Dalam kamar mandi penuh air, darah dan nanah...
Gue gak bisa berkedip, nafas pun sesak. Gue udah pingsan beberapa kali. Baru kali ini gue begitu hancur. Kerongkongan tersekat...Gue...gue...gu...gu...g...g...

28 Oktober, Hari Sumpah Pemuda
Dalam sebuah seminar akbar tentang Narkoba. " Membentuk generasi yang unggul tanpa narkoba"...

Namaku Romadhona. Aku kini sudah jadi aktivis terkenal. Aku yang menjadi panelis semianar tersebut. Denagn penuh percaya diri aku memaparkan segala sesuatu tentang Narkoba. Penuh berapi-api aku berargumentasi untuk " say no to drug ". Tiba-tiba hp ku berdering. Dari rumah, ada apaini, tumben sekali, batinku bertanya-tanya,
" Mbak Dhona, saya iyem, saya mau ngasih tau kalo den Roma sekarang harus segera dibawa ke RS. Bapak sama Ibu susah sekali dihubungi. Saya jadi bingung mau ngapain..."
" Emangnya Roma kenapa mbak ?? "
" Sakao mbak... sekarang den Roma ...sekarat ! "
" Hah ...?? lemas seketika, aku pingsan. Samar-samar dalam gelapnya diriku teringat masa-masa kecil kami.
" Mbak Dhona naik sepeda yuk !! "

Jakarta Selatan, 2012
Lembaran peristiwa itu akan selalu ku ingat. Roma adikku kini nama itu kuabadikan menjadi sebuah nama Lembaga yang aku dirikan. Nama itupun kuberikan kepada anak pertama ku. Masih kuingat ketika aku tergulai lemas didepan ribuan orang yang menghadiri seminar itu. Tak berapa lama, akupun masuk keberita gosip dan politik. Semua orang menbicarakan diriku, terutama keluargaku. Tapi kejadian menyedihkan itu menyadarkanku atas kealpaanku selama ini. Perhatian untuk adikku sendiri...

Yah, tak terasa kisah itu telah lama dan hampir usang. Namun, akan tetap kukenang dalam ukiran riwayat hidupku.

Takbir terus berkumandang, semua saling bermaafan setelah sholat idul fitri berjamaah. Sorenya kuajak suami dan anak-anakku berziarah kemakam Roma. Makam seorang remaja yang meninggal karena narkoba. Ah, kenapa penyesalan itu belum juga berakhir. Tapi Tuhan ampunkanlah ia. Maafkanlah aku yang telah lalai terlalu mementingkan diri sendiri...

Terdengar malam lantunan nasyid dikeheningan malam...

Ooooh...generasi yang hilang...
korban perang peradaban...
apa arti ilmu pengetahuan...
tanpa taqwa dan iman...

Roma masih muda, umurnya masih 17 tahun. Masa depannya masih terbentang. Tapi yang namanya umur memeng sudah ditangan Allah. Hidupnya tak berarti apa-apa, tak ada jasa dan apapun yang patut diteladani. Hanya sebuah pelajaran berharga atas kisah Roma agar kita hidup mampu bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Cambuk atas diri...
Semoga aktivitas kita tidak akan pernah kering ...



[buletin hanif, Juli 2003]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar